Demikian studi Stephen L. Stern, M.D dan rekannya dari University of Texas Health Science Center di San Antonio, AS. Menurutnya, 29 orang hopeless, meninggal dunia tujuh hingga tiga tahun lebih cepat.
Menurut para ahli, dampak dari hopelessness sangat variatif, tergantung masing-masing individu, dan faktor lain, seperti latar belakang budaya, pengalaman hidup di masa kecil, masalah ekonomi, dan depresi.
"Sikap negatif itu memicu abnormalisasi pada sistem saraf otak dan otak. Tentu saja, hal ini berpengaruh pada proses kerja tubuh," jelas Stern. "Memang awalnya tak begitu menimbulkan masalah, tapi akan gawat kalau dibiarkan."
Abnormalitas itu, sedikit demi sedikit, akan berkembang dan mengerogoti kemampuan manusia berpikir secara sehat dan rasional. "Kalau dibiarkan, hal itu bisa menyebabkan depresi berkepanjangan dan kematian."
Cara paling baik mengatasi hal ini adalah dengan tidak membiasakan diri berpikiran negatif. "Jangan lupa untuk melihat sisi positif dari segala hal negatif. Pikir dua kali sebelum sesuatu dimasukkan dalam hati," sarannya.
Kita juga perlu memberi dukungan dan pengertian pada orang yang berputus asa, hingga kualitas hidup mereka pun meningkat. "Ini bisa mulai dilakukan oleh orang-orang terdekat di sekeliling mereka," jelas Stern.
Akan lebih baik bila mereka diperkenalkan pada kebiasaan hidup sehat, seperti makan teratur dan berolahraga. "Jika sudah parah, ada baiknya konsultasikan saja ke dokter," ujarnya. (imaulana)
0 komentar:
Posting Komentar